In which decade we are now?
Baru saja selesai siaran, mmm...sebenarnya ini hari pertama siaran program baru. Bukan baru banget sih, dulu sudah pernah saya bawakan. I'm back, everyone! Rasanya seperti deja vu.
Tapi bukan itu yang akan saya ceritakan. Jam terakhir siaran, di acara request, ada yang mengirimkan sms dan mengatasnamakan diri sebagai LIBRA BOYZ.
Libra boys? Aduh, ketika membaca sms itu, rasanya saya kembali terlempar ke awal dekade 90-an, di mana panggilan semacam itu terasa biasa, bahkan heibat betul. Nama itu yang barangkali kita pakai untuk mengirim lagu lewat radio, mengisi biodata di diary teman, dan hal-hal silly lain yang saya (dan mungkin kalian) lakukan ketika masih memakai seragam biru putih. Dulu kita merasa keren ketika melakukannya. Sekarang, ada sedikit malu yang mungkin kita rasakan ketika mengingatnya, padahal sebenarnya itu tidak perlu.
Panggilan, sama seperti istilah dan cabang-cabang bahasa lain, bukan sesuatu yang kekal. Selalu ada hal baru untuk dipelajari dan digunakan. Kita bisa memberi lima bintang untuk istilah A misalnya, pada kisaran tahun (atau bahkan bulan) tertentu. Tapi tahun depan, grade istilah tersebut akan turun menjadi tiga bintang, karena yang baru dengan sendirinya menjadi lebih happening. Saya pernah menulis hal serupa ini di sini.
Memang sih, nggak ada yang salah dengan memakai panggilan atau istilah yang absolutely-out-of-date tersebut. Tapi sekedar untuk berjaga-jaga saja, tidak ada salahnya kan membuka telinga lebar-lebar dan menampung setiap hal baru dang bermunculan. Lagipula, ini juga berjasa untuk mencegah rasa ilfil timbul jika kalian berhadapan dengan orang yang kadang kejam dan suka melebih-lebihkan hal kecil seperti saya.