15 September 2007

you, and every little thing that you are...

Jam sebelas, menjelang tengah malam saya terbangun. Entah kenapa, tiba-tiba tergerak untuk menelusuri jejaknya. Saya mengambil potongan-potongan kertas yang berisi alamat email, blog, nomor-nomor telpon, untuk mencari kertas kecil itu. Ya Tuhan, jangan sampai hilang...

Kertas kecil yang merupakan kunci hidup saya... awal pertemuan saya dengan 'dia'. Hanya berukuran dua kali dua sentimeter, berupa potongan dari sebuah brosur entah apa. Ada satu alamat email yang merupakan akronim dari beberapa kata, yang baru saya ketahui artinya belakangan ini. Saya juga pernah, menyebut diri sendiri dengan konyol. Oh, dan ada satu lagi tulisan di kertas itu berupa nama yang terdiri dari empat huruf, membentuk satu suku kata. Konsonan-vokal-vokal-konsonan.

Kertas itu masih ada di sana, lecek karena seringkali saya pegang ketika kangen kerap datang. Saya bertemu dia hampir setiap hari. Menghabiskan waktu dengannya telah masuk dalam menu agenda. Tapi sering, ketika dia tak ada, dalam jeda-jeda yang bisa saya dapatkan ketika tengah bekerja, saya membuka kembali lipatan kecil kertas tersebut.

Dan semuanya kembali terekam. Obrolan tentang Heroes, bahasa Perancis, koleksi pre-fall Marc Jacobs, Alek Wek, Waris Dirie, Youtube, posting saya mengenai bule yang ingin dianggap sebagai orang lokal, yang akhirnya menimbulkan sedikit kikuk ketika waktu habis dan dia, mau tak mau harus pulang. Saya beruntung karena tidak semua hal berakhir malam itu. Kami saling meninggalkan jejak.

Banyak hal yang terjadi sesudahnya dan saya masih ingat setiap intensitas rasa yang ditimbulkan. Amazed, ketika dia membalas pesan pertama saya. Patah hati, ketika pesan saya sempat tak dibalasnya selama tiga hari (belakangan dia mengaku, memang membiarkan saya menunggu, dasar!). Dan luar biasa lega ketika akhirnya dia menuliskan nomornya, satu lagi jejak yang lebih dalam...

Barangkali saya harus berkonsultasi dengan ahli bahasa untuk menentukan satu kosakata baru yang bisa menjelaskan hal luar biasa yang saya rasakan sekarang, ketika dia bukan lagi sekedar teman bertegur sapa. Dia menjadi orang terakhir yang menyapa saya sebelum tidur setiap malamnya, orang yang membawakan keranjang belanja ketika saya sibuk memilih tissue, orang yang selalu menjemput saya pulang kerja menjelang tengah malam, orang yang menggenggam tangan saya ketika saya kesakitan pada haid pertama, orang yang menyebut saya pencuri hati, orang yang membuat orang lain tak lagi tampak, orang yang ingin saya ajak berbagi tawa dan tangis... dan satu hal lagi, dia adalah orang yang saya ingin temui ketika saya pulang nanti...

For you... you know who you are
and you know I love you...
you, and every little things that you are...

kepada mereka kita berhutang pahala

Hm... nggak terasa ya, ramadhan lagi. Bagi saya, bulan ini selalu sama. Namun, karena datangnya sebulan sekali ya, mau nggak mau itu menjadikannya istimewa. Kalau buat saya, itu juga berarti nambah isi kantong karena harus siaran pagi, nemenin orang-orang sahur.

Sayang sekali, saya nggak bisa membuka ramadhan kali ini. Biasa, urusan dari ladies room. Tapi ketika berangkat kerja menjelang maghrib di hari pertama, saya melihat hari itu sudah beda dari hari-hari sebelumnya. Jalanan lengang, karena barangkali sebagian kantor memperpendek jam kerjanya. Semua kursi restoran, warung, rumah makan yang saya lewati penuh sesak. Dari makanan padang, warung ikan bakar hingga steak.

Dan saya lihat, semua karyawannya rata-rata sibuk melayani tamu-tamu ini sehingga tidak ada kesempatan untuk menyiapkan menu berbuka mereka sendiri. Barangkali banyak di antara mereka juga yang berpuasa. Dan mereka harus memperlambat jadwal buka untuk menyiapkan menu buka puasa untuk orang lain. Meskipun saya nggak yakin pahala bisa dihitung-hitung, tapi sadar nggak sih, kalau kita berhutang sesuatu sama mereka? Apapun itu namanya.

Oh ya, satu hal lagi yang khas dari bulan puasa. Apalagi kalau bukan kolak pisang. Meskipun ada es cincau, es campur, cocktail atau aneka menu buka yang lebih menggiurkan, rasanya kok kurang afdol kalau tidak ada kolak pisang ya? Dan meskipun kemarin saya tidak ikut berpuasa, I was dying so much to eat kolak pisang, sampai harus merayu mas-mas penjual pulsa untuk mengetok pintu penjual kolak pisang yang sudah membereskan dagangannya. And guess what? I was lucky :)

PS: Selamat berpuasa buat semuanya...

09 September 2007

hanya dia

Belakangan ini saya seperti diserang satu sindrom yang entah apa namanya, terlalu kompleks untuk dijelaskan. Semakin jarang mengup-date blog. Sebenarnya setiap hari saya menulis, hanya saja tak pernah sanggup melanjutkan. Paragraf-paragraf itu lantas berakhir di draft. Dan tak pernah lagi saya buka.

Bukan berarti saya malas, atau tak mampu memfokuskan diri. Tapi karena ada hal yang sangat ingin saya ceritakan pada Anda, teman-teman saya, dan saya mau segalanya serba sempurna. Karena dia, yang ingin saya ceritakan ini, adalah sosok yang demikian istimewa bagi saya. Kalau hari-hari belakangan ini ada yang melihat saya sedang tersenyum sendirian di tengah-tengah siaran, melamun, atau ketika melakukan aktivitas lainnya, ya! Dia adalah penyebabnya. Hanya dia, cuma dia.

Dengan menunda bercerita, justru saya merasa berhutang banyak. Bukan pada dia, karena dia juga tidak pernah memintanya. Bukan juga pada siapa yang akan saya bagi cerita ini, toh tidak semuanya akan peduli. Tapi pada diri saya sendiri, karena kisah bahagia ini tidak selayaknya saya simpan sendiri. Bahagia? Ya, karena dia, hanya dia!

01 September 2007

hidup tidak berakhir hanya dengan sebuah 'yes, Ido'

Sewaktu Anda kecil, pasti (setidaknya sekali) pernah bersentuhan dengan fairy tale kan? Meskipun terdiri dari bermacam variasi, namun intinya selalu sama. Pangeran dan putri, dalam berbagai bentuk dan perwujudan. Dan satu hal lain yang menyamakannya adalah ending. Ciuman dalam kotak kaca, ciuman di balkon, ciuman di lantai dansa. And the story ends.

Begitu juga dengan komedi romantis, salah satu tontonan kesukaan saya. Selalu hadir dengan plot yang sama. Bertemu, konflik dan berakhir dalam sebuah ending yang mampu melelehkan hati, pada sebuah 'yes, I do'. Meskipun selalu berakhir dengan happy, namun hampir selalu membuat saya menangis lantaran terharu.

Sayangnya, dalam kehidupan nyata, skenario selalu tak tertebak. Dan ketika berurusan dengan hati, komedi romantis dan fairy tale tidak bisa dijadikan patokan.

Banyak orang mengatakan jatuh cinta itu sulit. Bagi saya, memutuskan untuk terus bersama dengan seseorang itu lebih sulit lagi. Karena susunan struktur tubuh manusia yang rumit, pada akhirnya membawa karakter emosional yang bahkan lebih rumit lagi. Di sinilah akan terjadi benturan-benturan dan gesekan-gesekan yang sebenarnya tak diinginkan. Tapi kita juga diberi pilihan untuk melapangkan atau menyempitkan hati. Kalau saja kita mampu mengatur keseimbangan, maka segala macam gesekan dan benturan itu tak lagi ada artinya. Akan tetap ada, hanya tidak mengganggu saja.

Fairy tale dan komedi romantis berdurasi terlalu singkat sehingga tidak memungkinkannya memuat semua kompleksitas di dunia nyata. Lagipula, apa sih yang mereka lakukan. Pekerjaan pengeran hanyalah berkuda, latihan berkelahi dan mencari istri ke pelosok negeri. Satu jenis kehidupan yang tidak perlu pusing bila harga susu yang melambung naik atau tidak ada stress karena dikejar deadline.

Dan sebenarnya, apa sih moral lesson yang coba saya sampaikan? Nggak ada. Kalau Anda kebetulan membaca dan mengena, yah, barangkali kehidupan Anda sedang sedikit rumit sehingga tulisan apapun yang Anda baca tampaknya bersinggungan dengan kehidupan pribadi Anda. Tapi sungguh, saya tak bermaksud apa-apa dengan tulisan ini.

udah makan belum?

Bagi para pria, ada sedikit tips nih. Kalimat yang saya tulis sebagai judul, adalah kalimat yang lebih ampuh daripada sekedar 'kamu cantik banget'. Kalimat tersebut mampu membuat hati jutaan gadis di seluruh Indonesia mendadak meleleh.
Saya tidak tau apakah ada cabang ilmu psikologi yang mempelajari hal ini. Tapi saya adalah salah satu dari jutaan gadis di seluruh Indonesia, dan saya kerap kali meleleh tiap mendapat sms berisi kalimat tersebut dari crush saya. Ingat ya, hanya dari crush saya. Kalau dari teman biasa, itu sih tidak ada artinya.
Tapi saya tidak menganut prinsip generalisasi, jadi kalau Anda menyukai gadis yang agak unik, barangkali tips satu ini tidak akan berlaku. Jadi Anda harus lebih kreatif lagi untuk bisa membuatnya meleleh.