demi selapis asap penyesak hidung
Sore kemarin, salah seorang sahabat saya datang berkunjung, atas permintaan saya. Seperti biasa, dia selalu membawa sebungkus rokok untuk dinikmati berdua. Udara yang belakangan agak dingin memang enak dihabiskan untuk merokok dan aling bertukar cerita. Dan beberapa hari belakangan ini, ada saja yang berkunjung dan ikut memanfaatkan asbak yang sedianya saya sediakan untuk 'dia'. Saya sih, senang-senang saja.
Sayangnya, tidak semua teman perokok saya punya kesadaran untuk membawa korek sendiri. Betapa vitalnya keberadaan korek bagi seorang perokok. Untungnya 'dia' udah meninggalkan korek khusus untuk saya pakai di rumah. Tapi sayang, korek yang dia tinggalkan tidak berfungsi sebagaimana mestinya.
Akhirnya, saya mengajak sahabat saya menuju dapur yang letaknya lumayan jauh dari kamar saya...untuk mengambil api. Kompor hidup, dan sahabat saya menunduk di atasnya dengan rokok terselip di bibir. Tapi kok tiba-tiba bau aneh ya?
Oh, ternyata tidak hanya ujung rokok yang berasap, tapi juga poni serta sebagian alis sahabat saya ikut berasap, meranggaskan sedikit bagian dari poninya.
Ah, untuk sedikit kesenangan, ada saja yang harus dikorbankan. Dan memang, sore itu jadi penuh tawa untuk kami berdua. Terlupakanlah sedikit sedih yang saya rasakan sebelumnya.
No comments:
Post a Comment