hanya dia
Belakangan ini saya seperti diserang satu sindrom yang entah apa namanya, terlalu kompleks untuk dijelaskan. Semakin jarang mengup-date blog. Sebenarnya setiap hari saya menulis, hanya saja tak pernah sanggup melanjutkan. Paragraf-paragraf itu lantas berakhir di draft. Dan tak pernah lagi saya buka.
Bukan berarti saya malas, atau tak mampu memfokuskan diri. Tapi karena ada hal yang sangat ingin saya ceritakan pada Anda, teman-teman saya, dan saya mau segalanya serba sempurna. Karena dia, yang ingin saya ceritakan ini, adalah sosok yang demikian istimewa bagi saya. Kalau hari-hari belakangan ini ada yang melihat saya sedang tersenyum sendirian di tengah-tengah siaran, melamun, atau ketika melakukan aktivitas lainnya, ya! Dia adalah penyebabnya. Hanya dia, cuma dia.
Dengan menunda bercerita, justru saya merasa berhutang banyak. Bukan pada dia, karena dia juga tidak pernah memintanya. Bukan juga pada siapa yang akan saya bagi cerita ini, toh tidak semuanya akan peduli. Tapi pada diri saya sendiri, karena kisah bahagia ini tidak selayaknya saya simpan sendiri. Bahagia? Ya, karena dia, hanya dia!