tentang airmata
Semalam, untuk pertama kalinya saya tidur sendiri di kamar dengan lampu padam. Dua hari terakhir kondisi mental saya benar-benar chaos. Ada satu peristiwa yang memusarakan saya dalam sedih. Dan pengaruhnya demikian hebat sampai membuat kacau sesuatu yang seharusnya baik-baik saja.
Saat itulah saya menyadari betul, bahwa jargon iklan kopi yang saya minum setiap pagi "one thing leads to another" benar-benar tampak nyata. Tapi saya bisa apa? Saya juga tidak menginginkan chaos ini terjadi ketika orang yang saya inginkan ada juga sedang menghadapi banyak masalah. Sehingga ia tidak bisa ada.
Saya tahu bahwa dia menginginkan saya untuk menjaga diri, bahkan ketika dia tak ada. Saya juga menginginkan hal yang sama. Hanya saja, saya tidak selalu bisa sekuat yang dia harapkan.
Katup airmata saya akhirnya tak mampu lagi bertahan. Saya ingin menangis, tapi kalau saya membiarkan lampu menyala terang, ada perasaan bahwa sekian paang mata sedang memusatkan perhatian kepada saya. Dan maaf, airmata saya bukan untuk konsumsi publik.
Akhirnya saya mematikan lampu.
Dan saya menangis...
Banjir airmata di bantal, guling dan selimut...
Lega? Rasanya nggak! Permasalahan tidak sendirinya berhenti kalau kita diam berpangku tangan.
Tapi yah, memang terasa ada satu beban yang berkurang.
Adakah obat untuk kekacauan hati selain airmata?
3 comments:
Air mata bukan hanya obat kekacauan...
dia juga ada dikala suka cita.. rasa marahku.. dan juga sedihku.
Mungkin aku sama seperti kamu, terlalu sering mengeluarkan air mata.. :)
Ahh.. karena airmata itu memang sangat berharga sebagai penghapus segala hal yang berlebih. Senang yg berlebih, sedih yg berlebih, marah yg berlebih...
Nangis aja kalo emang pengen.. kelamaan kamu akan bosan dengan tangismu sendiri.
----------
psstt.. pas semalem kamuh epon swamiku, aku tepat disampingnya loh.
cerita sama sahabat bisa membuat perasaan lebih baik ken...
menangis itu salah 1 obat, loh. gw yakin klo udah nangis, at least dada lu jd lbh lega.
rileks, badai pasti berlalu...
Post a Comment