it takes two to tango
Saya ingat salah seorang sahabat saya yang sering sekali mengucapkan kata tersebut. Dia berulang tahun hari ini. Dan dia selalu menyenangkan untuk diajak curhat seputar relationship.
Oh ya, kekasih saya sedang sakit saat ini. (Anyway, baru kali ini saya menyebut dia kekasih, dan ternyata rasanya enak sekali). Sebenarnya saya ingin disampingnya, sekedar membenarkan selimut yang melorot ketika dia tidur atau duduk saja, siapa tahu dia terjaga dan ingin minum.
Tapi dia mengatakan tak apa dan ingn sendirian serta berharap saya bisa menjaga diri, sehingga saya memutuskan untuk mengisi ulang tabung perasaan saya. Membaca blog-blog tetangga yang membuat saya ngakak, tersenyum simpul dan...tentu saja hobi saya, menangis haru.
Dan saya menemukan kalimat itu.
It takes two to tango.
Dan kalimat itu berujung ke masa lalu. Ke hubungan-hubungan yang telah tidak berhasil (maaf, saya enggan menyebut gagal). Kenapa kira-kira? Pernahkah Anda mempertanyakan ini pada diri Anda sendiri?
Kata sahabat saya, it takes two to tango. Ketika yang satu capek dan ingin berhenti,maka hubungan itu tidak lagi sebuah hubungan. Lebih baik tidak diteruskan. Menyakitkan memang. Tapi jika diteruskan, juga untuk apa? Hanya akan menjadi adang penyiksaan bagi keduanya.
Memutuskan untuk berhubungan dengan seseorang adalah hal yang mudah. Menemukan bahwa ia istimewa dan membuat keputusan untuk mempertahankan hubungan jauh lebih sulit. Kadang kita harus meredam kekecewaan. Kadang kita harus tersenyum ketika dia membutuhkan dukungan, sementara badan kita juga letih membutuhkan pijatan. Kadang kita ingin dipeluk tanpa tahu bagaimana mengucapkannya.
Apapun itu, hubungan mengandung sesuatu yang kompleks. Sikap mengerti, keinginan untuk memahami, kebersediaan untuk mengabaikan ego, kemauan untuk menjaga komitmen. Semua, yang mampu menjaga apa yang sudah ada, untuk tetap ada.
PS: Inget, kemarin sore kekasih saya tiba-tiba memeluk saya tanpa mengucapkan kata-kata, tapi kira-kira saya tahu maksudnya... Saya merasakan tubuh saya perlahan menjadi seringan udara, dan segalanya melebur tak terperi. Indah sekali.
3 comments:
meng- angguk2 untuk alinea kedua dari bawah....hihihihi. sori baru bisa kesini....
i love the way you choose your words.
bijak banget!
PS: Inget, kemarin sore kekasih saya tiba-tiba memeluk saya tanpa mengucapkan kata-kata, tapi kira-kira saya tahu maksudnya... Saya merasakan tubuh saya perlahan menjadi seringan udara, dan segalanya melebur tak terperi. Indah sekali.
Terima kasih sudah berbagi keindahan kalimat itu buat saya, duuh jadi pingin nangis ;)
Post a Comment